Rabu, 12 Juni 2013

Setinggi Gunung Semeru

Semua berawal saat pesta ulangtahun temannya, ya lelaki itu mengalihkan pandangannya dari segala hal yang ada disekitarnya. Panggil saja dia Kean. Sosok yang mungkin nyaris sempurna dimata Faya. Ini kali pertama mereka bertemu. Lelaki bertubuh jangkung sekitar dua kaki dari tubuh Faya dan badannya agak berisi, bola mata yang menurutnya indah juga  senyuman dan gaya bicaranya yang paling membuat gadis itu terpesona.
“Fay, makan dulu kali diem mulu kaya lagi sakit gigi..” ledek Rene. “Hehe nyantai aja Ren baru juga dateng” jawabnya. “Hm oke.. Eh thanks ya kadonya” Rene berkata sambil berlalu setelah diikuti anggukan dan senyuman Faya. “Hey? mau ini?” seseorang mengejutkannya sambil menawarkan satu piring kertas berisikan kue “Oh nggak.. makasih udah nawarin” lagi-lagi ia menjawab dengan senyuman. “Keano Satya Mahardika.. kamu?” lelaki itu menjulurkan tangan tanda perkenalan. “Pandalia Faya Kalina” Faya menjabat tangan Kean. “Nama yang bagus Panda! Imut seperti orangnya..hahaha” Kean mengerlingkan mata lalu tertawa “Hahaha bisa aja kamu ini. Panggil aja Faya, bisa kupanggil Kean?” jawabnya dengan halus. “Hm.. Boleh boleh” terlihat Kean menyunggingkan senyuman mautnya, lingkar bibirnya terasa indah dipandang mata, belum lagi lesung pipinya yang menambah kesan manis pada wajahnya. Oh tuhan, dia benar-benar membuatnya jatuh hati.
    Hari demi hari semua berlalu begitu saja, Kean dan Faya semakin akrab dengan perbincangan-perbincangan mereka. Namun mereka berdua telah saling memiliki pacar, bahkan Raldo, pacar Faya adalah teman Kean. Disatu waktu, saat ada acara tujuh belasan di daerah sekitar rumah mereka. Femi, sepupu Faya, sedang duduk sendirian disamping lapangan voli tempat pertandingan diadakan “Fem, Faya mana ? suruh sini gitu” ujar Kean “Hah? Iya kak nanti aku suruh mbak Faya kesini” jawab Femi sedikit bingung. Tak lama, Faya menelfon Femi “Fem, lagi dimana? Mbak mau ke lapangan tapi takut nggak ada orang..” “Femi di lapang mbak, mbak kesini dicariin kak Kean nih. Bentar lagi juga pada dateng kok mbak” jawab Femi bertubi-tubi “Oh oke tunggu ya” Faya bergegas mematikan telfon dan menuju lapangan.
    “Udah siapin apa aja nih? Sorry ngaret yeee..”  kata Rene “Hahaha.. woles aja saya juga baru dateng kok” Kean menambahkan. “Laaah.. aku kira udah paling nyubuh kau” cibir Rene “Udahlah kalian sama-sama ngaret kali” omel Femi. “Hehehe ampun bosss” Rene cekikikan tanda meledek Femi. “Eh Fay, udah berapa-berapa nih?” lanjut Rene, melihat pertandingan sudah semakin panas “5-8 Ren” jawab Faya singkat. “Mbak, konsumsi buat panitia mana?” tanya Femi pada Faya. “Tuh di rumah Gean, ntar saya sama Darel yang ambil” Kean tiba-tiba nimbrungin pertanyaan Femi “Ehemm.. yang ditanya Faya loh, kok yang jawab Kean yaaaa?” goda Rene “Emang ada dirumah Gean kok Ren, ya masa harus aku yang ambil ?” jawab Faya melihat wajah Kean agak memerah karena  malu. “Ciyeeee... yang ngebelain.. hihihi” kini wajah keduanya memerah akibat kejailan Rene. Faya pun pergi dari pinggir lapangan “Eh Fay mau kemana?” tanya Rene sedikit berteriak dan tertawa “Ke minimarket mau beli minum, mau ikut?” Faya menawarkan, “Mbak aku ikut..” Femi berteriak sambil berlari mengejar Faya yang sudah berjalan agak jauh dari tempatnya duduk, sementara Kean masih diam dengan wajahnya yang tersipu malu.
    Faya dan Femi bercanda dengan riang. Dalam gelak tawa mereka, tiba-tiba Femi membuka pembicaraan “Mbak, Femi mau tanya boleh?” .”Boleh lah Fem, apaan emang?” jawab Faya dengan nada tenang “Mbak Faya suka sama kak Kean ?” serentak Faya menghentikan langkahnya. Serasa ada sesuatu memukul hatinya. ”Kenapa nanya gitu Fem? Mbak udah punya mas Raldo sayang dan Kean juga udah punya Sofi” Faya berusaha menjelaskan “Tapi mbak, keliatan jelas banget loh mbak suka sama kak Kean nya” Faya hanya terdiam dan setelah beberapa menit barulah angkat bicara “Iya, mbak emang suka sama Kean. Tapi kita nggak mungkin bahkan nggak akan pernah mungkin buat bersama Fem, kamu tau Kean sama Sofi itu cocok banget. Lagipula mbak juga nggak tau gimana perasaan Kean ke mbak...” tanpa disadari, beberapa butir air mata membasahi pipi Faya. “Mbak maafin Femi, mbak jangan nangis nanti nggak cantik lagi hehe kalau menurut aku ya kak Kean juga suka kok sama mbak” goda Femi “Iya Fem mbak nggak sedih kok.. Jangan suka bikin mbak geer deh Fem! hihi” Faya hanya tersenyum tipis sambil berusaha tertawa. Femi mengusap air mata Faya dan membalas senyumannya.
    Liburan akhir tahun pun tiba. Faya memutuskan untuk melakukan pendakian untuk mengisi liburan panjangnya. Hari yang ditunggu pun tiba, Faya mulai mempersiapkan peralatan yang ia butuhkan. Beberapa hari sebelum pendakian dimulai, Kean sudah berkali-kali menghubungi Faya, namun tak ada respon sama sekali darinya. Kean pun menelfon Femi “Fem, Faya kemana ya ? kok tiap saya nelfon nggak pernah diangkat ya?” tanya Kean dengan nada cemas. “Kakak belum tau? Mbak Faya kan hari ini berangkat ke stasiun” jawab Femi diujung telfon sana. “Hah? Stasiun? Ngapain Fem? Kok Faya nggak ngasih tau saya? Raldo juga” Femi dihujani pertanyaan yang beruntun dari Kean. “Nyantai kak.. Nanyanya satu-satu dong Femi bingung nih! Mbak Faya mau pendakian ke Semeru sama rombongan pecinta alamnya, katanya sih mau mengisi liburan aja”  jelas Femi yang sempat sebelumnya mengomel. “Oh yaudah makasih Fem, sekarang saya mau nyusul dia” belum sempat Femi bertanya, sudah terdengar suara telfon diputuskan “tuuutt..tuuuttt...tuttt..” “Sialan kak Kean nih main mati-matiin aja” gerutu Femi.
Di kaki gunung Semeru, Faya membulatkan tekadnya. Dengan perasaan ragu dan takut yang menyelimuti dirinya, dia tetap bertekad mendaki gunung itu dengan rombongannya yang berjumlah hanya sekitar 5 orang dan hanya dia sendiri yang seorang gadis. Di kaki gunung Semeru, seorang diri Kean berlari mencari rombongan Faya, setelah satu jam lebih barulah mereka bertemu “Faya! Kenapa kamu nggak bilang kalau mau liburan kesini? Saya khawatir sama keselamatan kamu Fay! Kabutnya cukup tebal, cuaca lagi nggak menentu” omel Kean. “Lebay sih kan aku juga kesini nggak sendirian” jawab Faya enteng “Ayo pulang Fay..” ujar Kean sedikit memohon “Hahaha kamu gila? Terus kamu mau ngapain kesini?” Faya malah balik bertanya dengan nada meledek. Kean menjawab “Kalau kamu nggak mau pulang sama saya, saya mau nemenin kamu sampai ke Mahameru” . “Terserah deh” ucap Faya . Pendakian pun dimulai..
    Hari pertama, semua baik-baik saja. Nggak ada hambatan sedikitpun, semua pendaki masih dalam keadaan yang baik. Hari kedua, mereka mulai kebingungan mencari air bersih untuk mandi ataupun buang air. Hari ketiga, suhu menurun drastis dan kurangnya bahan pangan yang mereka temukan disana. Hari keempat, Faya dan Kean terpisah dari rombongan, dikarenakan kabut semakin menebal dan membuat mereka kebingungan dalam mencari jalan. Faya mulai ketakutan, suhu semakin menurun dan cuaca semakin memburuk, akhirnya Faya jatuh sakit. Hari kelima, perjalanan terhambat karena kondisi Faya belum membaik. Kean memasak bahan-bahan yang ia temukan dihutan untuk Faya makan. “Untung saya ikut, kalau nggak siapa yang mau rawat kamu?” ledek Kean “Huuu.. siapa yang tau sih aku bakal sakit? Harusnya kamu do’ain aku aja waktu itu biar gak terjadi apa-apa!” jawab Faya membela diri. “Yeeeh... udah diurus bukannya makasih kek apa kek” gerutu Kean. “Iyadeeeh.. makasih Kekeeee” Faya balik meledek Kean “Ih! Kok Keke sih!!!!” Kean mengomel sambil mencubit pipi Faya. “Awww... Sakit Keaaaann!! Awas kau ya!” Faya cemberut. Namun, dalam candaan mereka terselip rasa bahagia dihati Faya, betapa Kean sangat memperhatikannya, menyayanginya, mengkhawatirkannya, yang belum tentu Raldo pun seperti itu padanya, begitulah perasaan yang terlintas dibenak Faya.
    Kondisi Faya sudah membaik, mereka melanjutkan pendakian sambil mencari rombongan mereka. Entah ini hari keberapa, Faya dan Kean tiba ditujuan mereka. Mahameru. Faya sangat bahagia dan bangga, ini liburan terbaik baginya. Tapi di satu waktu “Kean, kamu kenapa mau nemenin aku sampai ke Mahameru? Kamu sendiri tau kan ini bukan perjalanan yang mudah?” tanya Faya dengan spontan, dia tak berani menatap Kean. “Justru karena saya tau ini bukan perjalanan yang mudah Fay, saya nggak mau terjadi hal buruk sama kamu” Kean menjawab dengan nada halus. “Saya bangga sama kamu, kamu cewek hebat Fay! Kamu bisa bertahan dikeadaan Mahameru yang kayak gini. Saya salut sama kamu” tambah Kean sambil tersenyum dan mengusap kepala Faya. “Kean, aku boleh bilang sesuatu?” ucap Faya dengan nada sangat pelan. Kean mengangguk kecil. “Aku takut kalau aku nggak bisa pulang lagi kerumah, aku takut aku nggak bisa ngumpul-ngumpul lagi sama kalian, aku takut nggak ketemu kamu lagi Kean....” Kean tersenyum dan berkata “Saya takut lebih dari sekedar takut dari apa yang kamu takutin itu terjadi, makannya saya ada disini. Saya takut orang yang saya sayangin ketakutan sendirian, saya mau ikut takut bareng dia. Seenggaknya rasa takut saya dan dia berkurang, karena saya bisa jagain dia, bisa lihat betapa kuatnya dia bertahan dalam kondisi alam yang nggak bisa diprediksi baik atau buruknya..” “Kean.. Kamu dan Sofi ?” tanya Faya sedikit ragu “Saya tau Fay, nggak seharusnya saya bilang kayak tadi. Kamu punya Raldo dan saya punya Sofi. Ini terlalu sulit buat kita Fay, tapi hati saya? Hati kita? Apa kita yang mau? Nggak Faya! Ini hukum alam, saya tau kamu punya perasaan yang sama dengan saya..” Faya meneteskan air matanya. Namun Kean mengusap pipi Faya yang basah “Nggak ada cinta setulus dan serumit cinta kita Fay, cinta yang bergolak bagai kawah disamping kita, cinta setinggi gunung Semeru dan Mahameru-lah saksi dari betapa beratnya perjuangan cinta kita. Sungguh alam menjadi mata dan telinga, kamu perempuan yang sangat hebat!” suasana menjadi sarut-marut penuh keharuan. “Kean, aku mau hidup lebih lama sama kamu. Menghabiskan hari-hari gilaku sama kamu, aku mau semuanya sama kamu!!!!” Faya menjerit dan menangis lebih keras “Faya sayang, saya yakin akan ada waktunya, akan ada. Bersabar sebentar untuk kebahagiaan yang abadi. Saya berusaha hidup buat kamu Fay...” Kean mencoba menenangkan Faya.
Setengah jam kemudian, rombongan mereka tiba di Mahameru. Melihat betapa dramatisnya cinta mereka... Mereka pun pulang dengan cerita yang tak akan pernah terlupakan, betapa beratnya medan pendakian di gunung Semeru, berhasil mereka tempuh dengan selamat sampai tujuan dan kembali dengan menemukan cinta sejati, cinta yang selama ini ada didekat mereka namun sulit untuk mereka gapai.

“Mahameru mempertemukanku dengan kisah cintaku, kisah rumit yang mungkin kan kuurai menjadi helaian-helaian benang kisah baru dan kurajut kembali menjadi kain kebahagiaan yang abadi antara aku dan dia, Keano Satya Mahardika...” -Faya-