Aku tak tau sudah berapa
lama seperti ini, berteriak lantang pada dunia bahwa aku baik-baik saja.
Menebarkan senyum pada siapapun, seolah aku adalah yang tak pernah gentar atas
apapun yang mengangguku. Aku selalu mengira bahwa aku baik tanpamu. Aku selalu berkata
bahwa aku bisa berdiri diatas bumi ini hanya dengan sepasang kaki ku, tanpa
sedikitpun bantuanmu. Sungguh, ini adalah kebohongan terbesar pada diriku
sendiri yang nyatanya aku tak sekuat itu.
Apa harus ku katakan
padamu, bagaimana akhirnya aku bisa berdiri? Meskipun terlalu kejam
mengatakannya, tapi sungguh aku menganggapmu telah mati. Kurasa tak seburuk itu
untuk tak mengetahui apapun tentangmu sampai entah untuk berapa lama.
Apa kau tau? Selalu ada
masa sulit yang mendatangiku tanpa permisi. Aku bingung, harus bagaimana aku
menjabarkannya? Yang kutau hanya aku sangat rapuh kala masa itu tiba. Aku
bahkan tak sanggup mengutarakan hidup seperti apa yang kuinginkan, situasi
seperti apa yang aku harapkan, bahkan aku tak bisa memilah apa yang harus kupikirkan.
Aku berantakan..
Dulu, aku pernah sangat
bergantung padamu, membuat repot hidupmu, membuat pening kepalamu. Semua hanya
karna keegoisanku yang tak pernah mau menghadapi keadaan. Maafkan aku pernah
sangat menyulitkanmu.
Dulu, aku selalu marah ketika
kamu banyak menjagaku. Aku ingat sekali. Dan kamu sangat menyebalkan untukku
saat itu. Tapi sungguh, aku ini bukan barang yang akan hilang. Aku bukan anak
kecil yang tak tau arah jalan pulang. Aku bukan seseorang yang lupa ingatan,
aku tau aku milikmu. Tapi kamu selalu bertindak seolah aku seburuk itu.
Kini, aku tak peduli
seberapa tertekannya aku saat itu. Aku ingin semuanya kembali. Aku jauh lebih
merasa tertekan ketika kamu tak lagi menjagaku dari siapapun yang
menginginkanku. Kini aku tau, kamu hanya tak ingin aku merasa pusing karna
harus menghadapi banyak kepala. Cukup kamu saja.. biar aku hanya tau bagaimana
rasanya kamu jaga, tak usah gelisah karna harus menyakiti banyak hati yang tak
bisa kuterima.
Bahkan hari ini, hari
dimana ketika aku mulai menumpahkan kata demi kata dari suara hatiku. Aku masih
saja tak percaya, aku tak pernah menyangka akan tiba waktunya; duduk sendiri
dengan didampingi secangkir coklat panas, dan semua kenangan tentang dirimu
mengepul menjadi satu didalam kepalaku; memanas, melelehkan hati dan mengacak
pikiranku.
Ternyata waktu berlari
begitu cepat dengan aku yang tetap setia pada duka. Hingga tahun-tahun berlalu,
kamu masih saja membekas dalam benakku. Menyisakan isak yang hanya mereda
ketika ramai, namun tak pernah membawa damai.
Aku terkadang merasa iri
pada mereka yang tampak mesra di sosial media atau yang bisa kulihat didepan
mata. Bukan aku tak bisa seperti mereka, hanya saja untuk apa? Ketika aku harus
bersikeras berpura-pura, sedang bagian kecil dari dalam diriku belum siap untuk
menerima. Sudah kubilang kan? Aku bahkan tak pernah terfikir tentang hari ini,
tentang aku dan hujan sore hari, yang menggerakkan tanganku untuk menumpahkan
guncangan perasaan disini. Meskipun disisiku yang lain, aku sangat membutuhkannya.
Sampai sejauh ini, aku
sedang repot mempersiapkan diriku untuk memperkokoh langkah; tentu langkah yang
kaku tanpamu disampingku. Kita lihat saja, apa yang akan kulakukan atau mungkin
akan menjadi seperti apa aku dalam beberapa waktu kedepan.
Kamu tak usah repot, aku
sudah banyak menyusahkanmu..
Terimakasih pernah
memberiku kesempatan untuk merasa kembali disayangi, semoga kini aku bisa
mengurus hidupku sendiri.