Kamis, 09 Februari 2017

NYATANYA AKU TAK SEKUAT ITU

Aku tak tau sudah berapa lama seperti ini, berteriak lantang pada dunia bahwa aku baik-baik saja. Menebarkan senyum pada siapapun, seolah aku adalah yang tak pernah gentar atas apapun yang mengangguku. Aku selalu mengira bahwa aku baik tanpamu. Aku selalu berkata bahwa aku bisa berdiri diatas bumi ini hanya dengan sepasang kaki ku, tanpa sedikitpun bantuanmu. Sungguh, ini adalah kebohongan terbesar pada diriku sendiri yang nyatanya aku tak sekuat itu.

Apa harus ku katakan padamu, bagaimana akhirnya aku bisa berdiri? Meskipun terlalu kejam mengatakannya, tapi sungguh aku menganggapmu telah mati. Kurasa tak seburuk itu untuk tak mengetahui apapun tentangmu sampai entah untuk berapa lama.
Apa kau tau? Selalu ada masa sulit yang mendatangiku tanpa permisi. Aku bingung, harus bagaimana aku menjabarkannya? Yang kutau hanya aku sangat rapuh kala masa itu tiba. Aku bahkan tak sanggup mengutarakan hidup seperti apa yang kuinginkan, situasi seperti apa yang aku harapkan, bahkan aku tak bisa memilah apa yang harus kupikirkan.

Aku berantakan..

Dulu, aku pernah sangat bergantung padamu, membuat repot hidupmu, membuat pening kepalamu. Semua hanya karna keegoisanku yang tak pernah mau menghadapi keadaan. Maafkan aku pernah sangat menyulitkanmu.
Dulu, aku selalu marah ketika kamu banyak menjagaku. Aku ingat sekali. Dan kamu sangat menyebalkan untukku saat itu. Tapi sungguh, aku ini bukan barang yang akan hilang. Aku bukan anak kecil yang tak tau arah jalan pulang. Aku bukan seseorang yang lupa ingatan, aku tau aku milikmu. Tapi kamu selalu bertindak seolah aku seburuk itu.

Kini, aku tak peduli seberapa tertekannya aku saat itu. Aku ingin semuanya kembali. Aku jauh lebih merasa tertekan ketika kamu tak lagi menjagaku dari siapapun yang menginginkanku. Kini aku tau, kamu hanya tak ingin aku merasa pusing karna harus menghadapi banyak kepala. Cukup kamu saja.. biar aku hanya tau bagaimana rasanya kamu jaga, tak usah gelisah karna harus menyakiti banyak hati yang tak bisa kuterima.

Bahkan hari ini, hari dimana ketika aku mulai menumpahkan kata demi kata dari suara hatiku. Aku masih saja tak percaya, aku tak pernah menyangka akan tiba waktunya; duduk sendiri dengan didampingi secangkir coklat panas, dan semua kenangan tentang dirimu mengepul menjadi satu didalam kepalaku; memanas, melelehkan hati dan mengacak pikiranku.
Ternyata waktu berlari begitu cepat dengan aku yang tetap setia pada duka. Hingga tahun-tahun berlalu, kamu masih saja membekas dalam benakku. Menyisakan isak yang hanya mereda ketika ramai, namun tak pernah membawa damai.

Aku terkadang merasa iri pada mereka yang tampak mesra di sosial media atau yang bisa kulihat didepan mata. Bukan aku tak bisa seperti mereka, hanya saja untuk apa? Ketika aku harus bersikeras berpura-pura, sedang bagian kecil dari dalam diriku belum siap untuk menerima. Sudah kubilang kan? Aku bahkan tak pernah terfikir tentang hari ini, tentang aku dan hujan sore hari, yang menggerakkan tanganku untuk menumpahkan guncangan perasaan disini. Meskipun disisiku yang lain, aku sangat membutuhkannya.

Sampai sejauh ini, aku sedang repot mempersiapkan diriku untuk memperkokoh langkah; tentu langkah yang kaku tanpamu disampingku. Kita lihat saja, apa yang akan kulakukan atau mungkin akan menjadi seperti apa aku dalam beberapa waktu kedepan.

Kamu tak usah repot, aku sudah banyak menyusahkanmu..


Terimakasih pernah memberiku kesempatan untuk merasa kembali disayangi, semoga kini aku bisa mengurus hidupku sendiri.

Kamis, 19 Januari 2017

Hal yang cukup sulit adalah ketika kamu harus berusaha memahami apa yang sedang oranglain alami. Kamu hanya bisa menghakimi tanpa kamu tau bagaimana rasanya jika posisimu dibalik. Begini, sekalipun kamu mengerti, kamu tak akan bisa mengambil alih seluruh perhatiannya untuk menuruti apapun yang menjadi perkataan bijakmu sebagai usaha membuatnya terbangun dari apa yang dia anggap suatu 'keterpurukan' .
Kadang, dia hanya ingin difahami. Dibantu berdiri bukan dipaksa untuk berlari.
Karna kamu tidak tau seberapa dalam luka itu baginya.
Dan belum tentu, ketika kamu yang mengalaminya, kamu bisa benar-benar menjalani apa yang menjadi nasihat bijakmu padanya.
Berdamailah dengan dirimu sendiri, sebelum akan sanggup untuk mendamaikan oranglain.
Terkadang ada waktu dimana kamu merasa sangat sulit mengungkapkan apa yang kamu rasakan. Kamu hanya ingin diam dan mencoba memahami apa yang mengganggu pikiranmu atau bahkan perasaanmu; tapi kamu tak menemukan apapun. Kamu berusaha menutupi itu semua dari siapapun yang menyadari bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja.
Ada yang peduli padamu, ada yang ingin menjadi tempatmu berkeluh kesah, ada yang melapangkan pundaknya untukmu bersandar. Namun, kamu tak bisa.
Bukan karna kamu tak ingin berbagi, bukan karna kamu tak ingin meringankan beban dalam pikiranmu. Hanya saja kamu tak tau apa yang harus kamu ungkapkan, apa yang sedang kamu resahkan, sehingga terkadang kamu melewati batas kendalimu dan telat menyadari bahwa itu tidak terlalu penting. Tapi hatimu sangat gelisah.
Dan kamu tak sanggup menyimpan itu terlalu
jauh dalam dirimu..

AKU BUKAN MEMBERI HARAPAN, AKU HANYA TAU BAGAIMANA RASANYA DIABAIKAN

Aku menghargaimu, sungguh, aku sangat menghargaimu. Aku sangat berterimakasih atas apa-apa yang kamu lakukan hanya demi membuatku merasa senang. Bahkan terkadang, kamulah orang yang sangat tau bagaimana caranya membuatku lupa sudah berapa lama aku berada diluar rumah. Terimakasih untuk semua waktu yang kamu luangkan hanya untuk membuatku tertawa.

Tapi taukah kamu? Terkadang aku merasa sangat tertekan ketika kamu mulai merasa memiliki. Mulai merasa harus sangat mengetahui apa-apa yang berkaitan denganku, mulai memaksakan waktu yang tak bisa aku luangkan untukmu, mulai meneguhi kehendakmu untuk tetap mencampuri urusanku. Maaf untuk mengatakan ini, tapi sungguh kamu sangat mengganggu.

Kamu bilang, kamu menyukaiku, kamu menyayangiku, kamu ingin aku bahagia. Tapi yang kamu lakukan selebihnya, hanya membuatku merasa harus menjaga perasaanmu dengan tanpa memikirkan perasaanku sendiri. Bahkan terkadang aku merasa kebaikanmu seolah menjadi sebuah hutang yang harus kelak kubayar dikemudian hari.

Aku baik padamu, bukan berarti aku mampu membalas perasaanmu. Aku baik padamu, bukan berarti aku membuka pintu harapan untukmu masuk lebih jauh dalam hidupku. Aku hanya tau, bagaimana rasanya diabaikan oleh orang yang sangat aku inginkan. Aku hanya tau rasanya dianggap tak ada oleh orang yang bagiku cukup berharga. Dan aku sangat menghargaimu sebagai teman baik ku, aku menghargai perasaanmu dengan hanya bersikap baik sesuai kehendak ku.

Aku memiliki hidupku sendiri. Aku punya kendali atas apa-apa yang aku sukai, dan kamu, kamu tak ada hak sedikitpun untuk itu. Begitupun denganmu, kamu memiliki kendali sepenuhnya atas hidupmu. Hakmu untuk menyukai siapapun, dan hak ku juga untuk tidak menyukai siapapun.  Tolong jangan terlalu banyak mencampuri apa yang bukan ranahmu. Karena setiap orang berhak memiliki wilayah pribadinya sendiri dan berhak memilih sikap atas apapun yang berkaitan dengan dirinya.

Dan untuk apapun yang kamu fikirkan tentangku, itu terserahmu. Aku hanya berusaha bersikap seadil mungkin pada diriku sendiri. Semoga kita akan tetap baik-baik saja meski dihadapkan dengan segala hal yang diluar kendali kita.