All about him
Beberapa waktu, aku masih saja
sering memperhatikan Reva, gak tau gimana caranya buat benar-benar lupain semua
tentang dia. Meski kadang Artha sering ngomel “inget-inget dia aja terus, nggak
sakit hati emang? Udahlah Ken, lupain aja dia! Kamu kan masih laku” kurang
lebih begitulah. Tapi terkadang, aku suka iseng-iseng ngebalikin omongannya
dia, ngegodain dia gitu deh, misalnya “gampang banget ngomong gitu! Kayak yang
sendirinya bisa lupa aja sama Milly! First love broooo” hehehehe :D
Jujur aja, akhir-akhir ini dia
memang ngambil alih posisi seorang pacar, sepenuhnya dia merhatiin aku.
Seolah-olah aku nggak kenal sama istilah pacar karena pacar sama dia pun lebih
perhatian dia gitu :p nggak tau deh kalo dia tiba-tiba pergi atau hilang. Ya
dia bagaikan pemadam kebakaran yang datang secepat kilat waktu api baru
berkobar, atau dia ibarat malaikat penolong waktu aku nyangkut di pohon mangga
gitu *nahloh! Hahaha ini kelewat alay, okesip aku tau kok =))
Aku masih ingat, waktu dia
bilang aku kayak panda. Entah yang dia maksud itu lucu, atau gendut, atau
kantung mata hitam. Aku nggak peduli yang penting imut aja deh ;p hari-hari aku
nggak pernah sepi, semenjak ada dia jarang banget aku nangis. Ada aja cara dia
buat ngatasin kejenuhan aku. He’s part of me!
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Penafsiran mimpi
Aku menghempaskan badanku di
sofa, lelah sekali rasanya hari ini. Kaki ku terasa sangat pegal, seperti habis
berlari ribuan meter. Padahal cuma dari gerbang rumah aja sampe ke depan pintu.
Melihat aku sudah menggelepar diatas sofa sambil ngos-ngosan, Bang Malvin
meledekku “Ken, kenapa kok kayak yang
abis dikejar anjing gitu?” dia kakakku satu-satunya, senang sekali dia menggodaku
sampai aku kesal, tapi aku tak menghiraukan ledekannya. Aku cuma menjawabnya
dengan sedikit serius. “Nggak Bang, cuma habis lari dari depan gerbang doang
kok” “Cuma dari gerbang doang sampe ngos-ngosan gitu?” tanya Bang Malvin
keheranan “Gak tau nih Bang, kok perasaan hari ini Kenny capek banget ya Bang?”
aku menjawab pertanyaan Bang Malvin disertai pertanyaan balik. Dia tidak
menjawab pertanyaanku, cuma
mengangkat bahu dan lalu menyuruhku bergegas mandi dan makan.
Selesai makan, aku dan Bang
Malvin mengobrol diruang keluarga, mama dan papa belum pulang dari luar kota,
jadi kita hanya bertiga dirumah, aku dan Bang Malvin juga dengan Bi Inah,
asisten rumah tangga dirumah ini. “Bang, Kenny mau tanya dong” aku membuka
pembicaraan, aku tau pasti Bang Malvin nggak akan terlalu mendengar ucapanku,
karena ia sedang asyik dengan kacang goreng dan film kesukaannya, itu loh film
perang-perangan yang ada naga-nagaannya. Aku nggak faham, apa yang Bang Malvin
suka dari film yang seperti itu? Katanya sih seru aja, tapi setelah kucoba ikut
menonton nggak ada tuh unsur seru-serunya -_- Ah sudahlah kenapa jadi bahas
film naga-nagaan itu? Hahaha :D “Tanya apa sih Ken? Kayaknya serius amat?” Bang
Malvin merespon perkataanku tadi, “Jadi gini Bang, waktu kemarin Kenny
ketiduran di bawah pohon mangga, nah Kenny mimpi tuh” belum selesai aku
bercerita, Bang Malvin memotong perkataanku “Nah! Mimpi dapet mangga se-truk ya
dek? Wah mantep tuh!” canda Bang Malvin. “Abang ih bercanda mulu deh! Kenny
serius nih!” aku sedikit mengomel “Hah? Siapa yang berjanda dek?” lagi-lagi
Bang Malvin menggodaku
“Abaaaaaaaang!!!! Dengerin Kenny dulu bisa kali!!” ucapku kesal. “Hahaha...
cerita aja kali dek, mau curhat aja berbelit-belit” ledeknya. Aku pun
menceritakan tentang mimpiku. “Kamu kok bisa mimpi gitu dek? Artha yang
sahabatmu itu bukan?” tanya Bang Malvin, “Iya lah Artha mana lagi coba” jawabku
“Kamu nggak naksir dia kan dek?” tanya Bang Malvin lagi “Kok nanya gitu sih?
Emangnya kenapa bang?” aku mencoba mengalihkan pembicaraan. “Mawar merah muda,
itu identik dengan persahabatan. Mawar
merah, identik dengan rasa cinta. Dia Cuma ngasih kamu mawar merah muda
kan dek? Dia cuma ingin jadi sahabatmu aja, jadi kalau kamu naksir dia, ya jangan
sampai lah. Soalnya itu cuma bakal nyakitin kamu. Kalau taman bunga yang indah
dan jalan yang panjang sih, menurut abang itu melambangkan kebahagiaan dan
perjalanan kalian selama ini” . Aku hanya terdiam, nggak merespon apapun atas
perkataan Bang Malvin. “Mana mungkin aku naksir Artha? Dia kan sahabatku” aku
bergumam dalam hati.
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Curious!
“Empat hari lagi” aku
bermonolog. “Oke jadi kamu mau kasih saya apa Ken?” canda Artha, yang ternyata
dia mendengar jelas perkataanku tadi, padahal kufikir suaraku sudah cukup pelan
untuk oranglain dapat mendengarnya.
Radar Jupiter, hahaha alasan yang sudah pasti dia gunakan kalau aku bertanya
“Kenapa kamu dengar?” hihi.. Aku nggak menjawab pertanyaannya, cukup dengan
tersenyum dan mencubit lengannya saja. “Ih genit deh cubit-cubit, serius nih!”
gerutunya. “Mau banget?” tanyaku singkat sambil menjulurkan lidah tandaku
meledeknya. “Nggak juga sih, kamu datang aja saya udah senang kok” godanya
sambil merangkul pundakku. Sejenak kita terdiam dalam kehangatan canda tawa.
“Eh Ken, nanti dihari ulang tahun saya, saya mau nunjukkin sesuatu sama kamu”
ucapnya serius. “Apaan sih emangnya?” tanyaku penasaaran. Nggak biasanya dia
nunjukin mimik muka yang serius tapi konyol kaya gini. Jadi wajar aja kalau aku
agak penasaran hehehe.. “Liat aja nanti” lagi-lagi perkataannya membuatku
jengkel, aku paling nggak suka dibuat penasaran. Apalagi kalau dia udah cerita
tapi cuma setengah. Duh ngebetein banget!!! “Gausah manyun juga kali Ken, jelek
tau nggak? Hahaha” ledeknya sambil mencubit hidungku. Aku tau aku memang pesek,
jadi pasti sulit baginya agar bisa mencubit hidungku :p
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Si Mayor Wigo dan Alien dari Saturnus
Malam ini aku sangat merasa
bebas, lepas sehari dari beban tugas sekolah sepertinya membuatku dapat
bernafas lega meski sejenak. Besok, angka di kalender berwarna merah,
menunjukkan bahwa semua anak sekolah diliburkan. Kenapa nggak sering-sering aja
coba ya itu tanggal di kalender dicetak warna merah? Hahahaha.. Tapi kadang aku
suka merasa iri sama Bang Malvin, dia bisa libur kapan saja sesuai yang dia
mau. Meski harus menunda skripsinya dan menambah biaya kuliah, tapi aku ingin
cepat-cepat jadi mahasiswi. Dengan sifatnya yang humoris, konyol dan suka
bercanda itu siapa yang akan menyangka kalau dia mahasiswa S1 jurusan hukum?
Dasar Bang Malvin -_- aku dan Bang
Malvin menikmati angin malam diluar rumah, tepatnya di halaman, di bale-bale
yang ayah rancang untuk aku dan Bang Malvin bermain sewaktu kita masih kecil
dulu. Kita bernyanyi sambil bermain gitar bersama. Beberapa saat kemudian,
Artha datang kerumahku, “Hello Bang!” sapa Artha dengan ramah pada abangku.
“Hey Tha! Ada apa malam-malam gini datang kerumah? Mau ketemu si cantik ya?”
ledek Bang Malvin sambil mengedipkan mata kearahku “Eitsss.. Jagain ya, dia
adek kesayangan gue, lecet dikit gue telen lu” Bang Malvin mengancam Artha
dengan nada yang konyol. “Siap Bang! Saya pasti jagain deh meskipun harus
berperang sama alien-alien dari Saturnus demi jagain Kenny. Hahaha” Artha menjawab
ancaman konyol Bang Malvin sambil tertawa, aku mencubit Bang Malvin yang ikut
tertawa bersama Artha. Muka ku memerah karena malu.
Artha duduk disampingku,
sementara Bang Malvin meninggalkan aku dan Artha. Katanya sih dia ngantuk, tapi
aku yakin itu cuma akal-akalannya dia aja biar aku dan Artha bisa berduaan :p
aku dan Artha memandang satu langit yang sama ditempat yang sama, saat itu
“Ken, kayaknya di Jupiter lagi seru deh, liat aja banyak banget bintang. Itu
tuh bom-bom yang agen jupiter pasang buat perang sama alien-alien dari Saturnus”
aku memandang Artha sejenak, sejak kapan dia bisa jadi sekonyol ini? Fikirku,
aku menahan tawa, perutku seperti sedang digelitiki hihi.. “Kita kok belum
dipanggil lagi sama kapten ya? Emangnya mereka lagi nggak butuh kita? Padahal
kita kan agen-agen terbaik ya Tha!” aku melanjutkan kekonyolan Artha “Kayaknya
sih si Mayor Wigo jahat itu mempengaruhi kapten supaya kita nggak cepat-cepat
di tarik lagi ke Jupiter, karena dia tau kita pasti akan menghancurkan
rencananya!” pembicaraan kita
mendadak jadi serius, seperti kita
memang sedang berada dalam satu misi untuk kembali ke Jupiter, melawan
alien-alien dari Saturnus dan memusnahkan si Mayor Wigo jahat. “Benar-benar
jahat Mayor Wigo itu, lihat saja nanti pembalasan kita” kini Artha balik
memandangku, sepertinya dia pun sama-sama menahan tawa mendengar kekonyolanku.
“Kita kirim sinyal radar ke kapten yuk! Biar kapten tau kalau dia lagi di
pengaruhi si Mayor Wigo itu” ajak Artha. Aku dan Artha pun mengacungkan dua
jari telunjuk dan jari tengah, lalu disimpan di kepala, seperti tanduk. Radar
ini berfungsi untuk menyambungkan sinyal kita ke kapten. Hahahahaaa......
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Happy Birthday, Happy Hurt Day
Hari itu pun tiba, aku sedikit
sibuk mencari gaun yang pas untuk pergi ke acara ulang tahun Artha. Sebisa
mungkin aku mencari gaun yang pantas, maklumlah dalam keseharian aku hanya
mengenakan baju-baju sederhana. Aku terbilang tomboy dan cuek. Beda banget kalau
dibandingkan dengan Shilla. Bahkan Artha pernah bilang kalau aku kayak preman
-_- Hari ini aku harus tampil beda, fikirku. Sesampainya dirumah Artha, aku
bergabung dengan teman-temanku yang lain. Shilla, Rendy, Tomi, Milly, Stella,
dan aku lupa memperkenalkan yang satu ini, dia Adelia. Teman sekelas Artha dan
Rendy, tentu temanku juga. Mereka datang dengan pasangannya masing-masing. Lalu
kita mengumpulkan semua kado yang kita bawa. Beberapa saat kemudian, Artha pun
muncul, dengan kaos merah dan jas abu-abu, dia terlihat sangat manis. Dengan
tanpa kacamata, mata sipitnya terlihat sangat indah. *Shit! kalau dia tau aku
bilang begini kayaknya dia bakal terbang sampai langit ketujuh deh =)) Dia menyunggingkan
senyumnya kearahku, aku pun membalasnya. “Happy birthday ketua kelas!” teriak
Adel sambil meraih tangan Artha untuk berjabat tangan, diikuti oleh yang
lainnya. Tidak terkecuali aku, akupun ikut memberinya selamat. “Thanks ya sob
udah pada mau datang” kata Artha pada kita semua “Thanks juga kadonya,
ngerepotin banget nih” lanjut Artha kembali berterimakasih. “Santai aja kali
Tha, kita semua kan temanmu, semoga sukses selalu ya” Rendy berkata sambil
menepuk pundak Artha.
Kulihat seorang gadis cantik
berdiri di dekat pintu “dia baru datang” ucap Artha dengan suara pelan, tapi
lagi-lagi aku selalu dapat mendengarnya. Artha pun menghampiri gadis itu “Hey,
saya kesana dulu ya. Enjoy the party!” pesan Artha sambil berlalu meninggalkan
aku dan teman-teman yang lain, kita hanya mengangguk. Mataku tak dapat
berpaling memperhatikan Artha yang sedang berjalan menuju gadis itu “Siapa
dia?” tanyaku pada Stella sesaat ketika Artha mulai berbincang dengan gadis
yang ada di depan pintu itu. “Dia Regina, anak kelas 10-J Ken” jawab Stella. Beberapa
menit kuperhatikan mereka. Seperti ada yang janggal dari tatapannya, tapi aku
sedikit nggak peduli. Mungkin itu cuma perasaanku aja.
Acara pun dimulai, Shilla menyalakan
lilin-lilin yang tertancap di kue ulang tahun Artha. Serentak semua tamu
undangan menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk mengiringi Artha meniup
lilin-lilin yang sudah dinyalakan tadi. Artha pun mulai ber-make a wish.
Ditiupnya lah lilin-lilin tadi. “Potong kuenya dong!” seru Tomi. “potongan
pertama, buat mama” Artha memberikan potongan kue pada mamanya. Dia tersenyum
bahagia ketika mamanya mengecup keningnya. “kedua, buat pacar saya, Regina”
semua tamu undangan bersorak sambil bertepuk tangan. Aku yang tak menyangka
akan apa yang baru saja kulihat, dengan kilat aku berlari menuju keluar ruangan
tersebut. “Jadi ini yang mau dia beritahu padaku? Kenapa baru sekarang?” aku
menggerutu dalam hati. Aku meninggalkan ruangan itu dengan penuh rasa kecewa.
Aku nggak tau apa yang sedang aku rasakan, seperti ada yang menonjok dadaku
hingga sesak dan mencolok mataku sampai aku nggak sanggup menahan semua air
mata yang mendobrak kelopak mataku agar mereka bisa mengalir. Aku mengutuk
diriku atas tindakan bodoh ini. Aku tau, Artha pasti mencariku.
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Tidak ada komentar:
Posting Komentar