Because Of You
“Ken! Kamu kenapa kemarin
tiba-tiba hilang? Padahal Artha ngasih potongan kue ketiga buat kamu loh!” kata
Tomi mengagetkanku. “Aku kebelet pingin ke toilet Tom, jadi aku buru-buru pergi
hehehe” jawabku cengengesan. “Mbok, mie goreng satu ya!” teriak Rendy pada mbok
kantin lalu mengalihkan pandangannya padaku “Iya Ken, kamu waktu dicari
tiba-tiba nggak ada” . Aku cuma tersenyum mendengar pertanyaan berulang yang
diucapkan Rendy. Shilla, Adel dan Stella yang duduk disebelahku hanya menatapku,
sepertinya mereka tau aku sedang berusaha berbohong. “Ken, kamu suka sama
Artha?” tanya Shilla beberapa saat setelah Tomi dan Rendy meninggalkan
bangkunya. “Hah? Enggak kok Shil! Kenapa nanya begitu sih?” jawabku sedikit
ragu. “Ken, kita tau kok. Kamu nangis kan waktu Artha kasih kue ke Regina?
Sebenarnya kita bertiga lihat, Cuma nggak berani negur kamu aja” Stella
membuatku kehabisan kata-kata, tapi aku tetap mengelak “aku benar-benar kebelet
Stel, sorry aku nggak bilang waktu aku ninggalin kalian” . “Artha kelihatan
kecewa banget waktu dia panggil namamu dan kamu nggak ada disitu, dari tadi di
kelas pun dia nggak banyak bicara” Adel memotong pembelaanku. Aku cuma bisa
menunduk. Aku bingung harus bagaimana, karena pada nyatanya apa yang mereka
bertiga katakan itu benar. Aku mungkin bisa membohongi mereka, atau Rendy dan
Tomi, bahkan Artha. Tapi aku nggak akan pernah bisa bohongin perasaanku.
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Di ujung ombak Sengigi
Tak terasa kini aku telah
selesai menjalani ujian Nasional tingkat SMA. “Akhir bulan ini, sekolah akan
mengadakan perjalanan wisata ke Lombok, bagi yang mau ikut diharapkan segera
mendata dirinya ke panitia wisata tahunan. Terimakasih” kepala sekolah dengan
ciri khas suaranya yang berat, berdeham-deham memberikan pengumuman tersebut
diatas mimbar saat upacara berlangsung, semua siswa melompat kegirangan. Saat
jam istirahat, terdengar hiruk-pikuk anak-anak yang sedang asyik membicarakan
rencana liburan mereka, oleh-oleh apa yang akan mereka bawa, bahkan sampai
baju-baju yang akan mereka kenakan. Aku menghampiri beberapa temanku, Stella ,
Adelia , Shilla , Rendy dan Tomi. “Ken, nanti ikut kan wisata tahunan?” tanya
Rendy padaku. “Ikut kayaknya” jawabku singkat. Terlihat wajah Adel yang sedari
tadi cuma cemberut membuatku angkat bicara lagi “Nggak apa-apa kali Del,
itung-itung pulang kampung hihi” aku meledeknya. “Ya tapi kenapa harus Sengigi
gitu? Itu kan deket banget sama rumahku dulu, bosen aku Ken” keluhnya.
Anak-anak yang lain cuma terbahak mendengar ucapan Adel.
Liburan pun tiba, semua siswa
mempersiapkan diri untuk perjalanan wisata kita. Tapi sampai detik ini aku
belum berani bertanya pada Artha. Sudah berapa lama aku tidak menghubunginya,
berkomunikasi dengannya, bahkan melihatnya pun aku enggan. Aku masih ragu untuk
kembali mendekatinya, dalam benakku aku berharap salah satu diantara kita ada
yang mau menurunkan ego nya agar aku dan dia bisa kembali seperti dulu lagi,
meskipun rasanya mustahil.
Perjalanan pun dimulai, aku
duduk disebelah Shilla saat di pesawat. Para pramugari mulai melakukan demo
penyelamatan diri jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Setelah itu
pesawat pun terbang . Sekitar setengah jam di atas langit, aku melihat Shilla
tertidur dengan pulas, tapi aku nggak bisa. Aku mencoba melihat keluar jendela,
terlihat awan-awan putih menyelimuti badan pesawat. Sejenak aku teringat akan
Jupiter, apakah sudah tentram disana? Atau si Mayor Wigo itu masih saja ingin
menguasai tambang berlian merah yang terdapat di belakang benteng pertahanan
agen Jupiter? Aku terhanyut dalam khayalanku. Tak terasa pesawat pun take-off.
Saat turun dari pesawat, semua siswa mengambil barang-barangnya dan bersiap
menuju hotel.
Selesai membereskan
barang-barang, semua siswa diijinkan untuk berkeliling daerah Lombok. Aku dan
teman-temanku berlarian menuju tepi pantai untuk melihat indahnya matahari
terbenam. Aku memanfaatkan momen ini untuk berfoto. Kulihat banyak sekali
pasangan yang menikmati indahnya sore hari di pantai Senggigi ini, di dekat
batu besar itu terlihat Adel dan Detry sedang duduk berdua. Shilla dan Jody
sedang bermain air di tepi pantai. Stella dan Nathan berkejaran seperti sedang
memerankan film india. Aku cuma bermain pasir saja di tepian pantai, sambil
melihat lembayung langit sore di pantai ini.
Sejauh mata memandang, aku tidak melihat pasangan itu
sedang berduaan, ya siapa lagi kalau bukan Artha dan Regina. Baru saja aku
memikirkannya, tiba-tiba Artha datang menghampiriku. “Ken...” panggil Artha.
Aku tak menghiraukannya, pura-pura tak mendengar saja.. “Hey agen! Mau kah kamu
mendengarkan laporan saya?” tanyanya, ah Jupiter! Aku nggak bisa menolaknya,
selalu saja aku merasa tertarik “Jangan buatku penasaran! Cepat katakan, kenapa
kamu kesini? Nggak takut pacar kamu marah memang ?” tanyaku ketus. “Pacar?” dia
balik bertanya dengan nada yang sepertinya bingung. “Aku dan Regina udah putus
setahun yang lalu. Dia lebih memilih Keano dibanding saya” jelasnya. “Setega
itukah?” tanyaku lagi, sedikit tak percaya atas apa yang telah kudengar “Tentu.
Tapi itu nggak terlalu penting buat saya. Tau kah kamu Ken, semenjak kamu
menjauh dari saya, saya merasa kehilangan sesuatu, Regina bukan kamu Ken. Dia
sama sekali nggak kayak kamu” dia berkata sambil memegang tanganku “Kenapa
harus seperti aku? Cantikkan Regina dibanding aku, dia feminim dan lebih modis”
aku sedikit merasa pahit dimulutku ketika aku mengatakan hal tadi, aku
tiba-tiba merasa sangat bodoh. “Dari awal, saya merasa kalau kamu orang yang
selama ini saya cari, saya sayang sama kamu Ken” perkataannya benar-benar membuatku
terkejut. “Lalu kenapa waktu itu kamu jadian sama Regina?” aku bertanya dengan
nada tinggi dan sedikit kesal, tapi Artha masih berusaha menjelaskan semuanya
padaku “Dari awal, saya udah pesimis, saya tau segimana besar perasaan kamu ke
Reva, dan saya nggak akan mungkin bisa dapetin hati kamu Ken, saya dan Reva
berbeda sekali. Karena saya takut kehilangan kamu jadi saya mutusin buat jadi
sahabat kamu. Seenggaknya, saya bisa buat kamu tersenyum setiap hari dan nggak
ngeliat kamu sedih aja saya udah senang” semua yang Artha katakan tadi
benar-benar membuatku luluh. “Semenjak kejadian malam itu, saya merasa semakin
yakin atas perasaan kamu ke saya, dan saya mencoba memberanikan diri buat
ngomong sama kamu. Tapi kamu selalu menjauh dari saya, dan baru sekarang saya
bisa ngungkapin semuanya” lanjutnya. Aku hanya terdiam mendengarkan semua
pengakuan Artha. Disertai suara ombak di pesisir pantai Senggigi dan langit
yang kini telah mulai menjingga, aku hanya terdiam tanpa sepatah kata pun.
Artha melanjutkan pembicaraannya “Sekarang saya tau, kalau rasa sayang itu
datang tanpa pandang bulu, rasa sayang saya ke kamu memang cukup besar Ken, sehingga
saya ingin membuat kamu bahagia, meski tanpa memiliki. Karena Jupiter telah mempersatukan kita di bumi!” aku
tersenyum mendengar perkataannya, tanpa disadari air mataku lirih membasahi
pipiku yang dari tadi sudah memerah karena menahan haru. Artha cepat-cepat
meraih wajahku, dia menyeka pipiku yang basah karena airmata tadi. Sambil
terbata-bata, aku pun angkat bicara “Kita harus susun rencana untuk mengalahkan
Mayor Wigo dan mengusir alien-alien dari Saturnus itu, lalu kita kirim rencana
kita lewat radar pada kapten biar kita cepat kembali ke Jupiter untuk
mengamankan tambang berlian merah!” , Artha tersenyum mendengar ucapanku “Sekarang
saya janji, saya nggak akan ninggalin kamu lagi, kita bakal terus bersatu dalam
ikatan persahabatan ya Ken! Atas nama agen Jupiter, saya serahkan diri saya
untuk kamu dan untuk Jupiter” kita berdua pun tertawa bersama. Lembayung langit
sore dan ujung ombak Senggigi telah menjadi saksi, betapa besarnya rasa sayang
yang kita miliki satu samalain. Semenjak sore itu, aku dan Artha nggak pernah
lagi saling berjauhan, aku sadar bahwa aku terbiasa hidup dengannya, begitu
pula Artha, dia terlalu terbiasa hidup denganku. Semua ini karena Jupiter. Aku
yakin, kapten dan agen-agen yang lainpun akan bahagia melihat aku dan Artha
kembali bersatu. Dari bumi, kita berusaha mengembalikan ketentraman di Jupiter
melalui cinta dan Radar Jupiter! Hehehe
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Tidak ada komentar:
Posting Komentar