Kamis, 03 Oktober 2013

All about Yupiter III



Because Of You
                “Ken! Kamu kenapa kemarin tiba-tiba hilang? Padahal Artha ngasih potongan kue ketiga buat kamu loh!” kata Tomi mengagetkanku. “Aku kebelet pingin ke toilet Tom, jadi aku buru-buru pergi hehehe” jawabku cengengesan. “Mbok, mie goreng satu ya!” teriak Rendy pada mbok kantin lalu mengalihkan pandangannya padaku “Iya Ken, kamu waktu dicari tiba-tiba nggak ada” . Aku cuma tersenyum mendengar pertanyaan berulang yang diucapkan Rendy. Shilla, Adel dan Stella yang duduk disebelahku hanya menatapku, sepertinya mereka tau aku sedang berusaha berbohong. “Ken, kamu suka sama Artha?” tanya Shilla beberapa saat setelah Tomi dan Rendy meninggalkan bangkunya. “Hah? Enggak kok Shil! Kenapa nanya begitu sih?” jawabku sedikit ragu. “Ken, kita tau kok. Kamu nangis kan waktu Artha kasih kue ke Regina? Sebenarnya kita bertiga lihat, Cuma nggak berani negur kamu aja” Stella membuatku kehabisan kata-kata, tapi aku tetap mengelak “aku benar-benar kebelet Stel, sorry aku nggak bilang waktu aku ninggalin kalian” . “Artha kelihatan kecewa banget waktu dia panggil namamu dan kamu nggak ada disitu, dari tadi di kelas pun dia nggak banyak bicara” Adel memotong pembelaanku. Aku cuma bisa menunduk. Aku bingung harus bagaimana, karena pada nyatanya apa yang mereka bertiga katakan itu benar. Aku mungkin bisa membohongi mereka, atau Rendy dan Tomi, bahkan Artha. Tapi aku nggak akan pernah bisa bohongin perasaanku.

∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞


Di ujung ombak Sengigi
                Tak terasa kini aku telah selesai menjalani ujian Nasional tingkat SMA. “Akhir bulan ini, sekolah akan mengadakan perjalanan wisata ke Lombok, bagi yang mau ikut diharapkan segera mendata dirinya ke panitia wisata tahunan. Terimakasih” kepala sekolah dengan ciri khas suaranya yang berat, berdeham-deham memberikan pengumuman tersebut diatas mimbar saat upacara berlangsung, semua siswa melompat kegirangan. Saat jam istirahat, terdengar hiruk-pikuk anak-anak yang sedang asyik membicarakan rencana liburan mereka, oleh-oleh apa yang akan mereka bawa, bahkan sampai baju-baju yang akan mereka kenakan. Aku menghampiri beberapa temanku, Stella , Adelia , Shilla , Rendy dan Tomi. “Ken, nanti ikut kan wisata tahunan?” tanya Rendy padaku. “Ikut kayaknya” jawabku singkat. Terlihat wajah Adel yang sedari tadi cuma cemberut membuatku angkat bicara lagi “Nggak apa-apa kali Del, itung-itung pulang kampung hihi” aku meledeknya. “Ya tapi kenapa harus Sengigi gitu? Itu kan deket banget sama rumahku dulu, bosen aku Ken” keluhnya. Anak-anak yang lain cuma terbahak mendengar ucapan Adel.
                Liburan pun tiba, semua siswa mempersiapkan diri untuk perjalanan wisata kita. Tapi sampai detik ini aku belum berani bertanya pada Artha. Sudah berapa lama aku tidak menghubunginya, berkomunikasi dengannya, bahkan melihatnya pun aku enggan. Aku masih ragu untuk kembali mendekatinya, dalam benakku aku berharap salah satu diantara kita ada yang mau menurunkan ego nya agar aku dan dia bisa kembali seperti dulu lagi, meskipun rasanya mustahil.
                Perjalanan pun dimulai, aku duduk disebelah Shilla saat di pesawat. Para pramugari mulai melakukan demo penyelamatan diri jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Setelah itu pesawat pun terbang . Sekitar setengah jam di atas langit, aku melihat Shilla tertidur dengan pulas, tapi aku nggak bisa. Aku mencoba melihat keluar jendela, terlihat awan-awan putih menyelimuti badan pesawat. Sejenak aku teringat akan Jupiter, apakah sudah tentram disana? Atau si Mayor Wigo itu masih saja ingin menguasai tambang berlian merah yang terdapat di belakang benteng pertahanan agen Jupiter? Aku terhanyut dalam khayalanku. Tak terasa pesawat pun take-off. Saat turun dari pesawat, semua siswa mengambil barang-barangnya dan bersiap menuju hotel.
                Selesai membereskan barang-barang, semua siswa diijinkan untuk berkeliling daerah Lombok. Aku dan teman-temanku berlarian menuju tepi pantai untuk melihat indahnya matahari terbenam. Aku memanfaatkan momen ini untuk berfoto. Kulihat banyak sekali pasangan yang menikmati indahnya sore hari di pantai Senggigi ini, di dekat batu besar itu terlihat Adel dan Detry sedang duduk berdua. Shilla dan Jody sedang bermain air di tepi pantai. Stella dan Nathan berkejaran seperti sedang memerankan film india. Aku cuma bermain pasir saja di tepian pantai, sambil melihat lembayung langit sore di pantai ini.
Sejauh mata memandang, aku tidak melihat pasangan itu sedang berduaan, ya siapa lagi kalau bukan Artha dan Regina. Baru saja aku memikirkannya, tiba-tiba Artha datang menghampiriku. “Ken...” panggil Artha. Aku tak menghiraukannya, pura-pura tak mendengar saja.. “Hey agen! Mau kah kamu mendengarkan laporan saya?” tanyanya, ah Jupiter! Aku nggak bisa menolaknya, selalu saja aku merasa tertarik “Jangan buatku penasaran! Cepat katakan, kenapa kamu kesini? Nggak takut pacar kamu marah memang ?” tanyaku ketus. “Pacar?” dia balik bertanya dengan nada yang sepertinya bingung. “Aku dan Regina udah putus setahun yang lalu. Dia lebih memilih Keano dibanding saya” jelasnya. “Setega itukah?” tanyaku lagi, sedikit tak percaya atas apa yang telah kudengar “Tentu. Tapi itu nggak terlalu penting buat saya. Tau kah kamu Ken, semenjak kamu menjauh dari saya, saya merasa kehilangan sesuatu, Regina bukan kamu Ken. Dia sama sekali nggak kayak kamu” dia berkata sambil memegang tanganku “Kenapa harus seperti aku? Cantikkan Regina dibanding aku, dia feminim dan lebih modis” aku sedikit merasa pahit dimulutku ketika aku mengatakan hal tadi, aku tiba-tiba merasa sangat bodoh. “Dari awal, saya merasa kalau kamu orang yang selama ini saya cari, saya sayang sama kamu Ken” perkataannya benar-benar membuatku terkejut. “Lalu kenapa waktu itu kamu jadian sama Regina?” aku bertanya dengan nada tinggi dan sedikit kesal, tapi Artha masih berusaha menjelaskan semuanya padaku “Dari awal, saya udah pesimis, saya tau segimana besar perasaan kamu ke Reva, dan saya nggak akan mungkin bisa dapetin hati kamu Ken, saya dan Reva berbeda sekali. Karena saya takut kehilangan kamu jadi saya mutusin buat jadi sahabat kamu. Seenggaknya, saya bisa buat kamu tersenyum setiap hari dan nggak ngeliat kamu sedih aja saya udah senang” semua yang Artha katakan tadi benar-benar membuatku luluh. “Semenjak kejadian malam itu, saya merasa semakin yakin atas perasaan kamu ke saya, dan saya mencoba memberanikan diri buat ngomong sama kamu. Tapi kamu selalu menjauh dari saya, dan baru sekarang saya bisa ngungkapin semuanya” lanjutnya. Aku hanya terdiam mendengarkan semua pengakuan Artha. Disertai suara ombak di pesisir pantai Senggigi dan langit yang kini telah mulai menjingga, aku hanya terdiam tanpa sepatah kata pun. Artha melanjutkan pembicaraannya “Sekarang saya tau, kalau rasa sayang itu datang tanpa pandang bulu, rasa sayang saya ke kamu memang cukup besar Ken, sehingga saya ingin membuat kamu bahagia, meski tanpa memiliki. Karena  Jupiter telah mempersatukan kita di bumi!” aku tersenyum mendengar perkataannya, tanpa disadari air mataku lirih membasahi pipiku yang dari tadi sudah memerah karena menahan haru. Artha cepat-cepat meraih wajahku, dia menyeka pipiku yang basah karena airmata tadi. Sambil terbata-bata, aku pun angkat bicara “Kita harus susun rencana untuk mengalahkan Mayor Wigo dan mengusir alien-alien dari Saturnus itu, lalu kita kirim rencana kita lewat radar pada kapten biar kita cepat kembali ke Jupiter untuk mengamankan tambang berlian merah!” , Artha tersenyum mendengar ucapanku “Sekarang saya janji, saya nggak akan ninggalin kamu lagi, kita bakal terus bersatu dalam ikatan persahabatan ya Ken! Atas nama agen Jupiter, saya serahkan diri saya untuk kamu dan untuk Jupiter” kita berdua pun tertawa bersama. Lembayung langit sore dan ujung ombak Senggigi telah menjadi saksi, betapa besarnya rasa sayang yang kita miliki satu samalain. Semenjak sore itu, aku dan Artha nggak pernah lagi saling berjauhan, aku sadar bahwa aku terbiasa hidup dengannya, begitu pula Artha, dia terlalu terbiasa hidup denganku. Semua ini karena Jupiter. Aku yakin, kapten dan agen-agen yang lainpun akan bahagia melihat aku dan Artha kembali bersatu. Dari bumi, kita berusaha mengembalikan ketentraman di Jupiter melalui cinta dan Radar Jupiter! Hehehe

∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞

Tidak ada komentar:

Posting Komentar