Kamis, 03 Oktober 2013

All about Yupiter IV



Jebakan Mayor Wigo
                Suatu malam, di bale-bale rumahku. Aku dan Artha sedang duduk berdua dibawah terang sinar rembulan. “Bagaimana keadaan di Jupiter sana ya Tha?” tanyaku, Artha memandangku sejenak “Pasang radar Jupiter, saya agak nggak enak hati Ken!” seru Artha. Aku mengacungkan kedua jariku sambil menutup mata, begitu pula Artha. Tak berapa lama, aku seperti melayang dari tempat dudukku. Aku melanglang buana menembus tiap-tiap dinding langit. Dengan Artha disampingku, aku tak terlalu menghiraukan semua hal janggal itu. Tibalah aku dan Artha di suatu tempat , tempat yang sepertinya pernah ku kenal. Aku melihat sekeliling area itu, tapi keadaan sepertinya menunjukkan bahwa didaerah tersebut telah terjadi pertempuran. Kulihat lagi dengan seksama tempat tersebut “Ken, kita kembali ke Jupiter?” tanya Artha. Aku mengusap mataku, ya kita kembali ke Jupiter!
                Aku dan Artha berjalan, nggak tau harus kemana. Terlalu lama kita di utus ke bumi sampai-sampai kita lupa setiap tempat yang ada di Jupiter. Yang pasti nggak ada mall disini hehehe :p Setelah cukup jauh kita berjalan, akhirnya kita menemukan suatu tempat yang sepertinya kuingat betul tempat apa ini, ini dia markas kapten. Aku dan Artha memberanikan diri melangkah masuk. Baru beberapa langkah kita berjalan, kita dihadang oleh beberapa alien dari Saturnus. Mereka membawa pedang laser biru yang . Aku mulai takut, tapi Artha menggenggam tanganku dan  meyakinkanku untuk tetap berani. Dengan sedikit rasa ragu, ku keluarkan pedang hijauku. Aku dan Artha pun berperang melawan pada alien itu.
                Setelah itu, kita melanjutkan perjalanan untuk masuk ke markas besar kapten, saat kubuka pintu markas , tak ada siapapun yang menyambut kita. “Dimana kapten dan para agen?” tanyaku pada Artha, Artha Cuma menggelengkan kepala. Ku pasang radar Jupiter dan kucari sinyal dari kapten. Aku berjalan menyusuri markas sambil diikuti Artha. Tibalah aku dan Artha di lorong bawah tanah, tempat penjara-penjara untuk para tawanan.  “Kenny, Artha?” terdengar suara memanggil kita berdua, seperti suara kapten. “Maju lah empat langkah” lanjutnya. Artha menarik lenganku, “Jangan!” katanya. Tapi aku tetap maju, tidak menghiraukan perkataan Artha. Sesaat, sel kecil turun dari atap tempatku berpijak. “Kenny awaaaass!!” teriak Artha. Saat aku melihat ke atas, apa daya sel sudah terjatuh dan aku terperangkap didalamnya. “Arthaaaa!! Tolong aku!” aku menjerit ketika sel itu terangkat keatas lagi.

Selamatkan kita Artha!
     “Hahaha betapa bodohnya temanmu!” terdengar suara itu menggelegar di kupingku, sesaat terlihat dari balik ruangan gelap itu, muncul sesosok makhluk buruk rupa. Dialah kapten Wigo! “Apa maksudmu? Kenny tidak bodoh!” aku membela Kenny “Aku tau tujuan kalian datang kesini, tapi percuma usahamu uan Artha! Semua itu sia-sia. Jupiter kini milikku! Hahaha” seru Mayor Wigo “Tidaaak! Jupiter ini tetap milik kapten dan para agen! Kau Cuma sampah disini! Dimana kau sembunyikan kapten dan yang lainnya? Tak tau malu kau Wigo laknat!” aku bersikeras. “Hahaha Artha... Artha.. Kau Cuma anak kecil yang baru tau apa itu cinta, nggak usah sok-sokan mau jadi pahlawan!” ledeknya “Sialan! Kuhabisi kau!” ancamku. Aku mengeluarkan pedang hijau ku. Dengan seketika, ia mengeluarkan pedang laser biru nya dan mulai menyerangku. Aku tidak cukup kuat untuk melawannya, aku pun terjatuh dan dijebloskan ke dalam penjara, dimana kapten dan para agen di tawan.
                “Artha! Dimana Kenny?” tanya salah seorang didalam sel itu,kulihat sekelilingku, kudapatkan kapten sedang duduk disampingku. “Dia di tawan didalam sel gantung kecil oleh Mayor Wigo” jawabku lemas. “Kenapa bisa?” tanya kapten lagi. “Dia nggak nurut kata-kataku, aku sudah bilang jangan maju dia malah maju, terperangkaplah akhirnya” jawabku agak sedikit kesal, tapi aku tetap sangat mengkhawatirkannya. “Artha, cuma kamu satu-satunya harapan kita, kamu harus selamatkan kita dan juga Kenny. Kalian agen terbaik diseluruh antero jagat raya ini” kata salah seorang agen. “Temanmu sudah mengakuinya kan Tha? Sekarang ini tanggung jawabmu” perkataan kapten sangat mendesakku, tanpa Kenny aku bukan apa-apa. “Saya berikan semua ini untukmu, saat keadaan terdesak semua ini akan sangat membantumu” kapten menyodorkan sesuatu padaku “Apa ini kapten?” tanyaku agak keheranan “Ini batu rubby jupiter, yang ini pasir oranye, dan satulagi Artha, saya akan memberikan sedikit kekuatan untukmu melawan mayor Wigo” begitulah kata kapten, kapten menjulurkan tangannya dan lalu memegang pundakku. Seperti ada suatu energi yang mengalir ke dalam tubuhku, entah apa itu, rasanya geli. Hahahaha
                Setelah kapten memberikan beberapa instruksi dan komando *sama aja ya? hehee* aku pun pergi tanpa berbasa-basi. Kucari si jelek Wigo itu, akan kubalas perbuatannya. Setelah cukup lama aku berkeliling-keliling markas besar kapten, akhirnya aku menemukan tempat mayor Wigo berdiam. Keadaan cukup aman, tak ada satu pun alien Saturnus yang berjaga disini. Aku melangkah masuk keruangan itu, namun tak kulihat meski batang hidungnya si Wigo itu  *ya aku lupa dia itu nggak punya hidung macam Voldemort di film Harry Potter hahahahaaa* “Kemana dia?” aku bertanya pada diriku sendiri.

Matilah kau Wigo!
Tiba-tiba ada yang melintas dari belakangku, semacam shuriken (tapi ini bukan cerita dari Jepang kan! Apakah aku masih boleh menyebutnya shuriken? Nggak apa-apa ya ? hehe) hampir melukai wajahku. Hufftttt.... untung nggak kena kepala sih ya, kalau kena ya entahlah. Lalu kulihat kearah belakang, ternyata beberapa alien dari Saturnus telah berjajar melintang dibelakangku, membentuk pagar yang siap menghalangiku pergi dari ruangan itu. Kuhunuskan pedang hijauku ke tubuh mereka bagai jagoan yang hendak menyelamatkan dunia dan matilah semuanya (apakah semudah ini? Wkwkwk kuserahkan semuanya pada imajinasi kalian masing-masing) aku segera berlari menyusuri lorong-lorong dalam markas tersebut, berlari melewati tiap jeruji sel yang disediakan untuk para penyusup. Tiba-tiba Wigo menghalau jalanku. Menyiapkan beberapa senapan yang isinya entah apa, namun kukira itu bukan peluru. Lebih mirip balon berisi air tapi warnanya sangat pekat. Oh tidak, sepertinya itu lumpur warna yang sangat lengket. Aku bergumul dalam hatiku. Senapan itu berkali-kali ditembakkan, dan aku berusaha menghindar. Tapi sial... tanganku tertembak dan yeaaaakkssss..... cairan pekat itu menempel pada tanganku. Aku teringat sesuatu, yaaaa pemberian kapten. Kurogoh saku celana kananku, kuambil sebugkus pasir oranye lalu kutiupkan ke arah Wigo. Dia meringis kesakitan tapi masih bisa menembakkan senapannya kearahku, lalu kulemparkan batu rubby jupiter ke arahnya. Kekuatan maha dahsyat yang dapat membuat tubuh Wigo meleleh. Dan setelah itu aku harap jupiter akan aman tanpa para mahluk jahat semacam Wigo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar